RSS2.0

Selamat Datang

Klik disini yaa untuk informasi tentang Komunitas BundaInBiz, cara bergabung, para bunda moderator juga untuk mendapatkan aneka topik milis yang sudah dirangkum serta info kopdar!
Wanna know more about the very first Indonesia work at home community? Just click here to get to know us better, read our previous mailing list topics and be the first to know when a gathering is scheduled!

Permintaan Bandwidth Meningkat, Harga Masih Mahal

Telekomunikasi memang bisnis yang menggiurkan. Bahkan, ketika banyak aturan baru yang dinilai tidak berpihak kepada operator, tetap saja industri ini masih dipandang menarik bagi investor. Tak hanya industri telekomunikasi seluler, pembangunan infrastruktur pendukung seperti jaringan backbone juga bisa membuat kalangan pemodal rela untuk merogoh kocek.

Tak percaya? Lihat saja apa yang dilakukan PT NAPInfo Lintas Nusa dan Matrix Networks Pte. Ltd. Kedua perusahaan itu kini tengah menyelesaikan pembangunan jaringan kabel fiber optic yang menghubungkan Jakarta-Batam-Singapura. Rencananya kabel serat optik yang panjangnya 1.300 km ini akan selesai ditanam dan siap dioperasikan pada Mei 2008. Selain dua perusahaan tadi, PT Mora Telematika Indonesia (Moratel) juga tengah menyelesaikan pembangunan jaringan kabel serat optik yang menghubungkan Batam dengan Singapura.

NAPInfo maupun Moratel sebenarnya bukanlah pemain pertama yang menggelar serat optik dari Jakarta hingga Singapura. Jauh sebelumnya, Indosat dan PT Telkom sudah terlebih dahulu membuat jaringan semacam itu ke Negeri Singa. PT Excelcomindo Pratama juga memiliki jalur serat optik dari Batam ke luar negeri. Namun, jalur itu berbeda rutenya. Excelcomindo membuat jalur baru yang menghubungkan Batam dengan Malaysia.

Fadzri Santosa dari pihak Indosat mengatakan, saat ini operator jaringan tetap data memang lebih banyak memilih jalur Jakarta-Batam-Singapura ketimbang jalur yang lainnya. Alasannya, selain Singapura tidak terlampau jauh dari Jakarta, negeri itu juga masih merupakan tempat bersatunya kabel serat optik (hub) yang menghubungkan akses internet ke seluruh negara.

Masih ada satu lagi jalur kabel serat optik yang menghubungkan Indonesia dengan dunia luar. Yakni yang melalui Australia hingga Guam. Namun Fadzri mengatakan, jalur yang disebut belakangan itu kurang diminati oleh operator pendatang baru. Sebab, trafiknya memang tidak terlalu tinggi. Kendati begitu, toh Indosat tetap memiliki jalur tersebut. ? Jalur tersebut digunakan sebagai back up,? terang Fadzri.

Infrastruktur pendukung itu memang sangat perlu. Sekadar mengingatkan, ketika Taiwan diguncang gempa dengan kekuatan lebih dari 6 skala Richter, di tahun 2006, kabel serat optik bawah laut terputus. Akibatnya, akses data dan suara ke Amerika menjadi terganggu. Nah, jalur Guam-Australia inilah yang ternyata dapat membantu memulihkan komunikasi yang terganggu itu.

Lalu, bagaimana peluang bisnis serat optik ini nantinya? Fadzri menjelaskan, prospeknya masih lumayan. Kendati banyak operator baru sekarang tampil dan hanya mau menggarap jalur gemuk, bukan berarti pasar jaringan tetap data ini akan tergerus. Fadzri menegaskan, hingga saat ini, permintaan dan suplai yang tersedia di jalur Jakarta-Singapura masih tidak seimbang. ? Permintaan masih lebih tinggi ketimbang suplai yang ada. Saat ini kapasitas kita di jalur Jakarta-Singapura sudah mencapai 70%. Kemungkinan akhir tahun ini akan penuh,? terang Fadzri.

Itu sebabnya, Indosat kini tengah mengkaji untuk membuat jalur baru yang menghubungkan Indonesia ke negara pulau tersebut. Sylvia Sumarlin, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menjelaskan, penggunaan jaringan serat optik ini akan terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikan konsumsi bandwidth ini masih didominasi oleh trafik voice. Di tahun 2007 yang lalu saja konsumsi bandwidth di serat optik mencapai 5 Giga. Sylvia optimistis di tahun 2008 ini permintaannya akan mengalami kenaikan dua kali lipatnya.

Galumbang Menak, Presiden Direktur PT Mora Telematika Indonesia (Moratel), membenarkan bahwa yang paling banyak melintas di kabel serat optik adalah suara-suara. Ini dibuktikan dari komposisi konsumen terbesarnya yang merupakan operator seluler. Saat ini klien terbesar yang menyewa jaringan serat optik Moratel adalah Telkomsel dan Mobile 8--dua-duanya operator seluler.

Masalahnya, investasi di bisnis serat optik sangat sesak modal. Jadi, kendati peminat layanan jasa ini sangat besar--dan penyewanya juga perusahaan kakap, bukan berarti investor serat optik akan cepat segera menangguk keuntungan. Furqon Hanief, pengamat telematika, menuturkan, tingkat return on investment bisnis ini sangat rendah. Mahalnya investasi pembangunan fiber optik kurang sebanding dengan tingkat pengembalian.

Tak percaya? Lihat saja apa yang dilakukan PT NAPInfo Lintas Nusa dan Matrix Networks Pte. Ltd. Kedua perusahaan itu kini tengah menyelesaikan pembangunan jaringan kabel fiber optic yang menghubungkan Jakarta-Batam-Singapura. Rencananya kabel serat optik yang panjangnya 1.300 km ini akan selesai ditanam dan siap dioperasikan pada Mei 2008. Selain dua perusahaan tadi, PT Mora Telematika Indonesia (Moratel) juga tengah menyelesaikan pembangunan jaringan kabel serat optik yang menghubungkan Batam dengan Singapura.

NAPInfo maupun Moratel sebenarnya bukanlah pemain pertama yang menggelar serat optik dari Jakarta hingga Singapura. Jauh sebelumnya, Indosat dan PT Telkom sudah terlebih dahulu membuat jaringan semacam itu ke Negeri Singa. PT Excelcomindo Pratama juga memiliki jalur serat optik dari Batam ke luar negeri. Namun, jalur itu berbeda rutenya. Excelcomindo membuat jalur baru yang menghubungkan Batam dengan Malaysia.

Fadzri Santosa dari pihak Indosat mengatakan, saat ini operator jaringan tetap data memang lebih banyak memilih jalur Jakarta-Batam-Singapura ketimbang jalur yang lainnya. Alasannya, selain Singapura tidak terlampau jauh dari Jakarta, negeri itu juga masih merupakan tempat bersatunya kabel serat optik (hub) yang menghubungkan akses internet ke seluruh negara.

Masih ada satu lagi jalur kabel serat optik yang menghubungkan Indonesia dengan dunia luar. Yakni yang melalui Australia hingga Guam. Namun Fadzri mengatakan, jalur yang disebut belakangan itu kurang diminati oleh operator pendatang baru. Sebab, trafiknya memang tidak terlalu tinggi. Kendati begitu, toh Indosat tetap memiliki jalur tersebut. ? Jalur tersebut digunakan sebagai back up,? terang Fadzri.

Infrastruktur pendukung itu memang sangat perlu. Sekadar mengingatkan, ketika Taiwan diguncang gempa dengan kekuatan lebih dari 6 skala Richter, di tahun 2006, kabel serat optik bawah laut terputus. Akibatnya, akses data dan suara ke Amerika menjadi terganggu. Nah, jalur Guam-Australia inilah yang ternyata dapat membantu memulihkan komunikasi yang terganggu itu.

Lalu, bagaimana peluang bisnis serat optik ini nantinya? Fadzri menjelaskan, prospeknya masih lumayan. Kendati banyak operator baru sekarang tampil dan hanya mau menggarap jalur gemuk, bukan berarti pasar jaringan tetap data ini akan tergerus. Fadzri menegaskan, hingga saat ini, permintaan dan suplai yang tersedia di jalur Jakarta-Singapura masih tidak seimbang. ? Permintaan masih lebih tinggi ketimbang suplai yang ada. Saat ini kapasitas kita di jalur Jakarta-Singapura sudah mencapai 70%. Kemungkinan akhir tahun ini akan penuh,? terang Fadzri.

Itu sebabnya, Indosat kini tengah mengkaji untuk membuat jalur baru yang menghubungkan Indonesia ke negara pulau tersebut. Sylvia Sumarlin, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menjelaskan, penggunaan jaringan serat optik ini akan terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikan konsumsi bandwidth ini masih didominasi oleh trafik voice. Di tahun 2007 yang lalu saja konsumsi bandwidth di serat optik mencapai 5 Giga. Sylvia optimistis di tahun 2008 ini permintaannya akan mengalami kenaikan dua kali lipatnya.

Galumbang Menak, Presiden Direktur PT Mora Telematika Indonesia (Moratel), membenarkan bahwa yang paling banyak melintas di kabel serat optik adalah suara-suara. Ini dibuktikan dari komposisi konsumen terbesarnya yang merupakan operator seluler. Saat ini klien terbesar yang menyewa jaringan serat optik Moratel adalah Telkomsel dan Mobile 8--dua-duanya operator seluler.

Masalahnya, investasi di bisnis serat optik sangat sesak modal. Jadi, kendati peminat layanan jasa ini sangat besar--dan penyewanya juga perusahaan kakap, bukan berarti investor serat optik akan cepat segera menangguk keuntungan. Furqon Hanief, pengamat telematika, menuturkan, tingkat return on investment bisnis ini sangat rendah. Mahalnya investasi pembangunan fiber optik kurang sebanding dengan tingkat pengembalian.

0 comments: